Cerpen Karangan: Ayu Ramadhani
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Dongeng (Cerita Rakyat), Cerpen Nasihat
Lolos moderasi pada: 7 June 2017
Pada suatu hari di sebuah kerajaan bernama golden castle hiduplah
seorang putri kecil yang sangat cantik dan menggemaskan. Namun sayang
dia memiliki tabiat tidak secantik wajahnya. Di usianya yang masih
kecil, dia sudah menjadi pribadi yang buruk. Dia suka memerintah ya
walaupun itu wajar baginya sebagai seorang putri. Namun caranya
berbicara, bersikap, dan memandang sangatlah buruk. Sang orangtua bahkan
sudah merasa kewalahan dengan sikapnya hingga terkesan membiarkan.
Sampai pada satu waktu datanglah seorang nenek renta yang kelaparan
ke istana tersebut. Dia hanya mengharapkan belas kasihan orang-orang di
istana agar memberikan sedikit makanan padanya. Ada seorang pelayan
istana yang tidak tega dan memberikan makanan pada nenek tersebut. Namun
tiba-tiba sang putri datang dan memarahi pelayan tersebut. “Hey, apa
kau pikir ini adalah istanamu. Aku yang berhak di sini” bentak sang
putri pada pelayan itu. Sang nenek yang ketakutan dan juga kelaparan
hanya bisa diam dan tubuhnya bergetar. “Maaf putri, saya hanya tidak
tega melihat nenek itu” jawab sang pelayan sambil terus menundukkan
kepalanya. “Kalau kau kasihan berikan saja milikmu sendiri, jangan
mengusik apa yang aku miliki. Sekarang kau masuk dan kerjakan semua
pekerjaanmu. Dan kau nenek tua, pergilah karena tidak ada makanan
sedikitpun untukmu di sini!” ucapnya sangat kasar, dan belum saja
pelayan itu pergi sang putri langsung memarahinya lagi “Hey, apa kau
pikir makanan sisa ini berguna? Buang makanan itu segera!”. “Tapi putri,
apa tidak sebaiknya makanan itu diberikan saja pada yang lebih
membutuhkan?”. “Apa kau putrinya di sini? Aku adalah sang putri jadi kau
tidak bisa melawan perintahku. Buang segera!” sang putri segera berlalu
dari sana. Sang pelayan membuang makanan itu dan hanya memandangi nenek
tua dengan perasaan iba. Sambil berlalu pelayan itu meminta maaf pada
sang nenek atas sikap tuan putrinya. Sang nenek hanya bisa mengelus
dada, dia bahkan juga meneteskan air mata dan mengalir di pipinya yang
sudah sangat keriput. Nenek itu pergi dengan perasaan hampa dan perut
yang masih kelaparan.
Sang putri sedang sibuk dengan semua fasilitas mewahnya di kamar.
Sang ayah datang dan menegur perbuatannya pada nenek tua yang kelaparan
waktu lalu. “Ayah kecewa dengan sikapmu nak.” sang ayah duduk mendekat
dengan putrinya itu. Sang putri yang memahami maksud ucapan ayahnya
langsung menimpali dengan kasar. “Apa pelayan tidak berguna itu yang
memberi tahu ayah? Aku tidak suka dengannya, dan ini adalah istanaku aku
yang berhak di sini, dia hanya pelayan. Apa haknya?”, “Kau memang
seorang putri di sini, tapi sikapmu tidaklah pantas untuk menjadi
seorang putri” ayahnya sudah mulai kehilangan kesabaran. “Ayah lebih
membela dia? Baiklah, ayah memang tidak pernah menyayangiku” jawab sang
putri dan bergegas pergi. Beberapa hari berlalu, sang putri berjalan-jalan memasuki sebuah
hutan dekat istana tanpa pengawalan. Namun tanpa disangka ternyata sang
putri kehilangan arah dan tidak bisa kembali ke istana. Di dalam hutan
ia hanya bisa menangis dan terus memanggil nama ayah serta ibunya. Sang
putri terus berjalan hingga masuk lebih dalam ke hutan. Sampai akhirnya
ia menemukan sebuah gubuk, awalnya ia ragu-ragu untuk mendekati gubuk
tersebut. Namun akhirnya dengan penuh keyakinan ia masuk ke dalam gubuk.
Dan betapa kagetnya sang putri ketika mengetahui bahwa pemilik gubuk
itu adalah seorang nenek yang pernah mendatangi istananya. Ia hendak
pergi namun sang nenek mencegahnya. “Ada apa putri, kemarilah! Apa kau
tersesat?” tanya nenek itu dengan ramah. “Aku ingin pulang,” jawab sang
putri. “Baiklah aku akan mengantarmu tapi ada baiknya makanlah dulu agar
kau punya tenaga.” sang nenek menyodorkan sepiring berisi makanan untuk
sang putri. Sang putri hanya menatap dan tak terasa ia meneteskan air
mata.
“Ada apa? Aku tau makanan ini tidak sebanding dengan makananmu yang
ada di istana, tapi setidaknya ini bisa menambah energi tubuhmu putri.”
ucap sang nenek terus memaksa. “Kau tidak membenci aku? Setelah apa yang
kulakukan, itu begitu kasar. Aku malu” ucap sang putri semakin
menangis. “Nenek, aku mohon maafkan aku. Aku sudah sangat tidak sopan,
aku minta maaf. Kau begitu baik, dan aku…” lanjutnya “Sudahlah putri,
lupakan apa yang terjadi di masa lalu, kau tau aku senang akhirnya kau
menyadari kesalahanmu. Sekarang makanlah dan aku akan mengantarkanmu
pulang!”
Setelah sang putri kembali ke istana, semua orang sangat terkejut
melihat perubahannya. Sang putri juga meminta maaf kepada semua orang
terutama pada ayah, ibu serta semua pelayannya.
Setelah hari itu, kehidupan di istana tersebut sangat berubah. Sang
putri menjadi lebih bisa menghargai orang lain dan semua orang semakin
menyayangi putri itu.
“Memiliki segala hal tidak menjamin akan suatu keharmonisan, tetapi
dengan mampu menghargai orang lain kehidupan akan berubah menjadi lebih
indah.”
Cerpen Karangan: Ayu Ramadhani
Facebook: Ayurmdhnii Ptr
Cerpen Dongeng Kecil merupakan cerita pendek karangan Ayu Ramadhani, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
Sodaraku Perhatikanlah, banyak orang yang berlatih angkat BEBAN untuk membentuk masa otot-ototnya supaya tampak kuat dan indah. Perhatikanlah, mereka tampak bahagia berlatih setiap waktu dengan biaya, waktu, dan fisik yang tidak sedikit untuk dikeluarkan. Ya Tentunya semua itu untuk memiliki tubuh yang ideal bukan ? Sodaraku.. tapi perhatikanlah.. Ternyata tidak banyak orang
Wednesday, June 7, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah...
-
♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥ Barusan ane istirahat makan di kantor ane,kebetulan kantor ane di daerah yang lumayan 'minus'...
No comments:
Post a Comment